Catatan Memorial!
Ada waktu yang terasa
hilang saat kita tak mampu memaknainya dengan baik. Ada juga yang sedang dinikmati
hanya karena begitu asyik untuk dinikmati, tetapi bagaimanapun juga waktu
tetaplah waktu dan tetap menjadi waktu. Demikian tulisan Ajahn Chah dalam
meyoal waktu, bahwasannya ini bukan soal "muncul" dan
"berlalu", tetapi yang terpenting adalah apa yang kita lakukan di
antara "muncul dan berlalu".
Halaman Depan Gereja |
Hal menerima Komuni
Pertama merupakan suatu penantian dan persiapan jauh-jauh hari sebelum
benar-benar mencicipi roti tipis (Hostia) yang dicelupkan ke dalam piala berisi
Anggur. Tapi cerita ini bukan soal sambut baru, bukan juga soal kesibukan kami
menghafal setiap lirik doa.Ini lebih
kepada sosok seorang Pastor yang menjadi figur inspiratif lantaran senyumannya
yang memukau juga karakternya yang kuat. Ya.. Romo Stefanus Boysala. Pastor
Paroki waktu itu, sekaligus pastor yang setia menemani dan membimbing setiap
pergerakkan kami.
Pastor Blacksweet |
Satu hal yang saya ingat persis adalah "merasa sakral" ketika setiap kali memasuki pintu gerbang gereja yang memang saat itu dipenuhi bubungan pepohonan tinggi bahkan matahari pun takut menembus dinding-dindingnya.
Saya tidak
mengetahui dengan jelas, berapa lama beliau menjabat sebagai pastor paroki,
tetapi musim-musim bersama sang Romo terasa sangat berarti dan membekas apalagi
masa-masa menjelang Komuni Pertama. (Anschweins Dawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar