Social Icons


Misa Tri Hari Suci 2016

PASKAH!

Jadwal Perayaan Paskah 2016:

KAMIS PUTIH
24 Maret 2016 [pukul 18.00 WITA]

Prosesi Jalan Salib
25 Maret 2016 [pukul 10.00 WITA]

JUMAT AGUNG
25 Maret 2016 [pukul 16.00 WITA]

MALAM PASKAH (Sabtu Alleluya)
26 Maret 2016 [pukul 18.00 WITA]

MINGGU PASKAH
27 Maret 2016 [pukul 06.00 WITA]

PASKAH II
28 Maret 2016 [pukul 06.00 WITA]

***
Tema APP 2016: "PANGGILAN UNTUK HIDUP DALAM PERSEKUTUAN"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Refleksi Rabu Abu

 P. Siprianus Smakur Tukan, SS.CC

     Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan dan pemeriksaan batin guna mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Paskah: Kebangkitan Kristus. Abu yang dibuat dari membakar daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu Palma tahun sebelumnya dibubuhi pada dahi orang Katolik sebagai lambang sesal atau  tobat dan juga melambangkan bahwa orang tersebut adalah milik Yesus Kristus, yang wafat di Kayu Salib. Sementara kita memasuki Masa Prapaskah yang kudus ini guna menyambut Paskah, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima, yakni:

  1.  Kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita.
  2. Kita mengarahkan hati kepada Kristus, yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita.
  3. Kita memperbaharui janji-janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, yaitu ketika kita mati atas hidup kita   yang lama dan bangkit kembali dalam hidup yang baru bersama Kristus.
  4. Kita menyadari bahwa kerajaan dunia ini segera berlalu, kita berjuang untuk hidup dalam kerajaan Allah sekarang ini serta merindukan kepenuhannya di surga kelak.

     Abu juga melambangkan kematian, dan dengan demikian mengingatkan kita akan ketidakabadian kita. Karenanya, ketika imam dengan ibu jarinya membubuhkan abu di kening umat, ia akan berkata, “Ingatlah, manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu", seperti yang difirmankan Tuhan kepada Adam
(Kejadian 3:19, Ayub 34:15; Mazmur 90:3; Mazmur 104:29; Pengkhotbah 3:20). Sementara kita mencamkan makna abu ini dan berjuang untuk menghayatinya terutama sepanjang Masa Prapaskah, patutlah kita mempersilahkan Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam melaksanakan “Trilogi Prapaskah”, yakni: “PDA”, PuasaDoa dan terlebih Amal belas kasihan terhadap sesama. Jelasnya, dalam Masa Prapaskah ini, tindakan belas kasihan yang tulus, yang dinyatakan kepada mereka yang berkekurangan, haruslah menjadi bagian dari silih kita, tobat kita, dan pembaharuan hidup kita.






________________
Pater Sipri Tukan menghabiskan Tahun Orientasi Pastoral - TOP selama hampir satu tahun di Paroki Besikama pada periode 2010. Ditahbiskan menjadi Imam pada Kongregasi Serikat Hati Kudus Yesus dan Maria - SS.CC, tanggal 15 Juni 2012 di Gereja Sta. Odilia Citra Raya, Tangerang, oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo.


Foto Bersama OMK


Galeri Foto


Daun Palem


Logo Sementara OMK Besikama

LOGO OMK Besikama

Halaman Depan Gereja

GEREJA ST. YOHANES BAPTISTA BESIKAMA

Suatu Musim Bersama Sang Romo



Catatan Memorial!

      Ada waktu yang terasa hilang saat kita tak mampu memaknainya dengan baik. Ada juga yang sedang dinikmati hanya karena begitu asyik untuk dinikmati, tetapi bagaimanapun juga waktu tetaplah waktu dan tetap menjadi waktu. Demikian tulisan Ajahn Chah dalam meyoal waktu, bahwasannya ini bukan soal "muncul" dan "berlalu", tetapi yang terpenting adalah apa yang kita lakukan di antara "muncul dan berlalu". 

Halaman Depan Gereja
     Besikama 2001/2002 yang lalu meninggalkan cerita lugu anak-anak yang harus berjuang menghafal deretan doa-doa panjang dalam sebuah pertarungan berjudul "The First Communion" (Komuni Pertama) atau di Besikama dikenal dengan "Sambut Baru".
 
     Hal menerima Komuni Pertama merupakan suatu penantian dan persiapan jauh-jauh hari sebelum benar-benar mencicipi roti tipis (Hostia) yang dicelupkan ke dalam piala berisi Anggur. Tapi cerita ini bukan soal sambut baru, bukan juga soal kesibukan kami menghafal setiap lirik doa.Ini lebih kepada sosok seorang Pastor yang menjadi figur inspiratif lantaran senyumannya yang memukau juga karakternya yang kuat. Ya.. Romo Stefanus Boysala. Pastor Paroki waktu itu, sekaligus pastor yang setia menemani dan membimbing setiap pergerakkan kami. 

Pastor Blacksweet
     "Pastor blacksweet ini sangat murah senyum. Seperti tahu apa yang kita inginkan, beliau selalu punya cara jitu untuk bisa memberi kenyamanan itu. Romo Stef adalah figur penting di Paroki Besikama. Umat pasti akan merindukan tangan dingin beliau".

     Satu hal yang saya ingat persis adalah "merasa sakral" ketika setiap kali memasuki pintu gerbang gereja yang memang saat itu dipenuhi bubungan pepohonan tinggi bahkan matahari pun takut menembus dinding-dindingnya. 

Saya tidak mengetahui dengan jelas, berapa lama beliau menjabat sebagai pastor paroki, tetapi musim-musim bersama sang Romo terasa sangat berarti dan membekas apalagi masa-masa menjelang Komuni Pertama.  (Anschweins Dawa)

Gereja Besikama dan Orang Muda-nya



Awalan 
     
     Meminjam bahasa Jhon McArthur; ketika suatu zaman hanya menilai gereja berdasarkan penampilan luarnya, maka hal yang sangat penting diketahui adalah bagaimana menentukan sebuah gereja yang benar-benar sehat menurut pandangan publik. Tentu pandangan ini tidak bisa disalahkan dalam arti luas, mengingat banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberadaan gereja itu sendiri. Seperti, misalnya ketidakharmonisan relasi sosial antar masyarakat ke gereja ataupun sebaliknya. Penjelasan ini bukanlah suatu pembanding ataupun penilaian terhadap gereja, juga bukan untuk menyinggung keberadaan masyarakat. Tentu ini persoalan urgen yang menjadi tanggung jawab bersama; umat dan gereja, umat dan Tuhan!

Gereja Besikama (Sudahkah Berubah?) 
     
     Tidak! Masih seperti yang dulu. Ini sedikit aspirasi saya tentang Gereja Katolik St. Yohanes Baptista Besikama. Gereja ini cukup unik, bahkan sangat khas! Bangunan gereja ini tidak semegah gereja-gereja lain namun memiliki nilai sejarah karena usia dan bentuk bangunannya yang klasik. Tentu gereja sangat identik  dengan religiositas yang perlu kita bangun antar sesama umat. Gereja bukanlah sekadar tempat beribadah.
     
     Menurut hemat saya gereja layaknya “communicator” handal yang dengan komunikasi persuasifnya mampu mengajak dan membuat orang lain (dalam hal ini umat) mampu merubah diri dan membentuk kepribadian menjadi lebih baik lagi. Di sini yang menjadi hal paling fundamental adalah bagaimana ke depannya wajah gereja yang tercinta ini bersaing dengan pergolakan zaman, apakah (akan) mengalami perubahan signifikan, atau malah semakin tenggelam? Untuk memahami persoalan ini, maka  progress gereja ini membutuhkan komitmen kuat dan partisipasi utuh dari seluruh lapisan umatnya. 

Gereja dan Contoh Kecil Disiplin Religius! 

     Mungkin pertama dan salah satu yang perlu saya bahas adalah etiket atau sopan santun umat dalam mengikuti ibadah di Gereja. Saya tegaskan bahwa gereja bukanlah show room” atau ruang pameran dimana masih terdapat beberapa umat yang dengan egoisnya harus memamerkan pakaian barunya yang begitu mini. Tindakan ini tentu sangat mengganggu kelancaran ibadah, dan bisa jadi menyebabkan  kelemahan konsentrasi dalam beribadah. Mengingat usia dan bangunan gereja kita yang klasik, sepertinya perilaku dan cara berpakaian kita alangkah baiknya rada-rada klasik seperti yang pernah disampaikan oleh pastor paroki Rm. Pius Nahak, Pr yakni dengan memakai Kain Adat sesuai kultur yang ada.

     Berpakaian mini tidak serta-merta dijadikan alasan orang kehilangan konsentrasi. Tetapi alangkah lebih baik seseorang mampu membiasakan diri untuk tampil apa adanya tanpa harus menonjolkan ke-ada-annya!

     Terlepas dari itu, gereja juga (punya) tanggung jawab besar terhadap wilayahnya. Misalkan saja bagaimana caranya agar gereja menjadi sarana integrasi yang bisa mempesatukan beberapa desa yang kerapkali menciptakan perselisihan antar pemudanya. Ini juga salah satu kelemahan yang perlu ditindak-lanjuti secara serius. Bagi saya kalau tidak tercipta perdamaian di antara beberapa desa ini berarti gereja termasuk“gagal” melestarikan kerukunan antar-umatnya. Sangat disayangkan bila mereka yang berstatus MUDIKA harus terlibat bentrok tak terurus.

Apa Kabar Mudika Besikama? 

     OMK (Orang Muda Katolik) ini organisasi yang sangat bagus. Kalau bisa OMK harus kompeten dalam mengambil sikap dan upaya untuk mendekatkan teman-teman kita dari beberapa desa tadi. Dengan OMK ini saya rasa kita bisa menyatu dalam satu wadah kebersamaan yang lebih kokoh, saling membagi perasaan emosional, hingga timbul rasa peduli dan solidaritas di antara sesama Mudika. Salam!








Penulis:

Yulius Bauk [OMK Besikama]

(Mahasiswa Komunikasi UNISKA)
 


 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates